Setelah share resep Pelecing Kangkung sebelumnya,
kali ini budayasasak.blogspot.com akan membeberkan kembali rahasia
resep salah satu masakan khas suku Sasak Lombok, yaitu Pelecing Manok
atau Pelecing Ayam.
Sesuai namanya, Pelecing adalah makanan yang pedas khas budaya sasak.
Pelecing Manok atau Pelecing ayam ini merupakan makanan pedas dengan
komoditi utama manok/ayam.
Berikut ini rahasia resepnya sesuai dengan yang sering Ibu saya masak:
1. Bahan selain bumbu:
- Manok/ayam muda, jumlahnya sesuai selera, namun kali ini kita akan membuat dari 1 ekor saja;
- 2 biji buah limau.
2. Bahan bumbu:
- Bawang putih 3-4 siung atau sesuai selera, namun normalnya adalah 3-4 siung;
- Cabe rawit, untuk yang satu ini saya sarankan minimal 10 biji agar
lebih terasa kesan sebagai masakan khas suku Sasak Lombok yang pedas
dan sesuai dengan ciri utama pelecing itu sendiri;
- Terasi, saya sarankan terasi yang telah dibakar/panggang antara 1/2 sampai 1 sdt;
- Garam, dan 1 sdm Gula pasir.
Cara Memasak:
- Sembelih ayam (jika masih hidup), lalu bersihkan bulu dan keluarkan isi dalamnya, seperti usus, hati, ampela, dll;
- Lebarkan/buka tubuh ayam seperti membentuk berakak;
- Panggang ayam tersebut sampai matang, tapi bukan matang kering;
- Sembari menunggu panggangan ayam matang, tumbuk/haluskanlah seluruh
bahan bumbu di atas untuk membuat sambalnya, jika sudah biarkan
sambalnya mentah, tidak perlu di masak karena lebih gurih dan segar jika
disajikan mentah;
- Lumuri sambal dengan air buah limau;
- Apabila ayam panggang telah matang, maka potong-potonglah sesuai
bagian mana yang akan Anda sajikan, misalnya Anda akan mengambil bagian
pahanya, maka ambil bagian pahanya lalu tumbuk sedikit di atas sambal
agar sambalnya meresap, atau jika tidak Anda dapat dengan sekedar
melumuri sambal ke daging tersebut;
- Makanan Pelecing Manok atau Pelecing Ayam telah siap disajikan, masakan khas Suku Sasak dari Budaya Suku Sasak Asli Lombok.
Selamat Mencoba
Minggu, 31 Maret 2013
BANDARA INTERNASIONAL LOMBOK
Bandara
Internasional Lombok (BIL) yang telah beroperasi setahun lebih kini semakin
ramai penerbangan. Dibanding dengan bandara sebelumnya, Bandara Selaparang, BIL
melayani rute penerbangan yang lebih banyak. Hal ini tentu saja positif dilihat
dari berbagai sisi, seperti pariwisata, sosial ekonomi, pendidikan, dan
lain-lain. Tercatat ada sebelas maskapai penerbangan yang keluar masuk BIL
secara reguler, baik domestik maupun internasional.
DESA SADE
Selain terkenal dengan wisata
alamnya, Lombok juga memiliki wisata adat dan budaya yang dapat dikunjungi
para wisatawan, baik asing maupun lokal. Ya, wisata budaya kali ini
adalah mengunjungi desa adat Sade yang terletak di Kabupaten Lombok Tengah.
Sade merupakan nama perkampungan warga suku sasak yang masih menampilkan ciri khas suku Sasak secara langsung, yang paling terlihat adalah penggunaan rumah adat Sasak sebagai rumah seluruh warga di sini. Terletak di kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, perkampungan ini dihuni oleh +- 750 jiwa. Sade sangat mudah untuk dikunjungi. Dari Bandara Internasional Lombok, dengan menggunakan kendaraan pribadi hanya membutuhkan waktu antara 15-20 menit ke arah timur Bandara. Dari Mataram, hanya memakan waktu tempuh kurang lebih satu jam dengan berkendara melalui jalur utama menuju pantai Kuta dan Tanjung Ann. Sebagai tambahan informasi, bagi Anda yang akan berkunjung ke Pantai Kuta atau Pantai Tanjung Ann, Anda akan melewati Sade terlebih dahulu sebelum sampai di pantai tersebut.
Tiba di depan perkampungan, Anda akan langsung disambut pemandu wisata yang merupakan warga asli Sade. Pemandu di sini bukanlah pemandu berbayar alias gratis. Anda akan langsung diajak masuk ke perkampungan, tapi di depan gerbang Anda perlu mengisi buku tamu dan memasukkan uang donasi seikhlasnya untuk pengembangan dan pelestarian kampung. Pemandu tadi akan membawa Anda berkeliling kampung, melihat rumah-rumah adat di sana, melihat proses penenunan kain songket khas sasak atau yang disebut proses Nyesek, dan bahkan membawa Anda yang ingin berbelanja oleh-oleh kepada penjual yang ada di dalam perkampungan.
Oke, kita mulai melangkah ke dalam perkampungan. Sepanjang jalan yang dilalui adalah celah antara rumah-rumah adat masyarakat di sini. Sebagian besar masyarakat memanfaatkan pekarangan depan rumahnya untuk berjualan souvenir khas Sasak. Sangat membantu para wisatawan yang ingin membeli buah tangan dari sini karena banyaknya variasi yang dapat dipilih. Paling awal kita akan berkenalan dengan rumah adat yang disebut sebagai Bale Tani. Bale Tani merupakan rumah tinggal bagi masyarakat di sini, terdiri dari dua lantai, berdindingkan anyaman bambu, beratap alang-alang, dan berlantai campuran tanah dengan kotoran kerbau/sapi.
Kita bahas satu-persatu. Lantai
pertama disebut juga Bale Luar adalah lantai rumah yang digunakan untuk
menyambut tamu, atau bagian rumah paling depan. Sedangkan lantai atas/dua
disebut juga Bale Dalam adalah tempat tidur anak perempuan dan juga dapur,
dimana di sini terdapat dua kamar. Lantai yang terbuat dari campuran tanah liat
dengan kotoran sapi/kerbau, mungkin gambaran awal kita adalah kotor ataupun
jorok. Tapi, tunggu dulu karena kotoran sapi yang telah dicampur tanah ini
tidaklah berbau, bahkan berfungsi sebagai pengganti semen yang dapat
menimbulkan hawa hangat dalam rumah. Lantai ini haruslah selalu diganti atau
diperbaharui secara berkala untuk menjaga kondisinya bagus. Atap rumah yang
terbuat dari alang-alang tidaklah menjadikan rumah ini bocor ketika hujan,
bahkan menurut guide yang menemani saya dan seorang teman menjelaskan bahwa
bagaimanapun lebatnya hujan, tidak akan bisa menembus atap alang ini, kecuali
jika ada bagian yang bolong. Kemudian dinding dari anyaman bambu menjadikan
rumah lebih sejuk karena sirkulasi udara lebih lancar. Tambahan informasi,
rumah ini hanya memiliki satu pintu di bagian depan.
Lanjut, kita diperkenalkan dengan sebuah bangunan yang lebih tinggi dari Bale Tani, tapi bukanlah berfungsi utama sebagai rumah. Ya, inilah Lumbung.
Lanjut, kita diperkenalkan dengan sebuah bangunan yang lebih tinggi dari Bale Tani, tapi bukanlah berfungsi utama sebagai rumah. Ya, inilah Lumbung.
Lumbung inilah yang dijadikan logo Lombok sebenarnya. Bentuk atap Lumbung
banyak ditiru oleh bangunan-bangunan pemerintahan. Hampir seluruh bangunan
pemerintahan di Lombok mengikuti bentuk atap Lumbung sebagai atap paling
depannya, atau paling tidak gapura bangunan tersebut berbentuk seperti Lumbung.
Lumbung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan, dimana bagian atapnya merupakan ruangan yang dapat dijadikan tempat menyimpan hasil panen atau perabotan rumah tangga masyarakat. Di bagian bawahnya, terdapat semacam serambi yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat, atau sekedar duduk-duduk.
Perjalanan mengelilingi kampung kita lanjutkan, kali ini agak lebih ke dalam, atau tepatnya semakin ke atas karena bentuk perkampungan ini adalah menanjak ke atas. Di puncak paling atas, terdapat masjid. Masyarakat Sade adalah masyarakat Islam, sehingga keberadaan masjid adalah keharusan. Masjid di sinipun kembali menampilkan ciri khas suku Sasak dengan beratapkan alang-alang dan kubahnya berupa setengah gentong terbuat dari tanah, yang orang-orang di sini menyebutnya Beke atau Selau.
Lumbung ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan, dimana bagian atapnya merupakan ruangan yang dapat dijadikan tempat menyimpan hasil panen atau perabotan rumah tangga masyarakat. Di bagian bawahnya, terdapat semacam serambi yang bisa digunakan sebagai tempat istirahat, atau sekedar duduk-duduk.
Perjalanan mengelilingi kampung kita lanjutkan, kali ini agak lebih ke dalam, atau tepatnya semakin ke atas karena bentuk perkampungan ini adalah menanjak ke atas. Di puncak paling atas, terdapat masjid. Masyarakat Sade adalah masyarakat Islam, sehingga keberadaan masjid adalah keharusan. Masjid di sinipun kembali menampilkan ciri khas suku Sasak dengan beratapkan alang-alang dan kubahnya berupa setengah gentong terbuat dari tanah, yang orang-orang di sini menyebutnya Beke atau Selau.
Langganan:
Postingan (Atom)